DINAMIKA KEPEMIMPINAN KYAI DI PESANTREN
Kepemimpinan di pondok pesantren selama ini pada umumnya bercorak alami
(natural) dan mengikuti garis keturunan (geneologis). Kepemimpinan formil
pesantren dipegang oleh serang kyai. Maju atau mundurnya sebuah pesantren
sangat bergantung pada kredibilitas moral dan kemampuan manajerial kyainya.
Pada umumnya kepemimpinan di pesantren menganut kepemimpinan karismatik tidak
menganut kepemimpinan rasional. Posisi kepemimpinan kyai di pesantren lebih
menekankan pada aspek kepemilikan saham pesantren dan moralitas serta kedalaman
ilmu agama, dan sering mengabaikan aspek manajerial. Dinamika tersebut
menunjuk pada perubahan yang terjadi karena desakan kebutuhan internal dan
eksternal.
Pola kepemimpinan yang umum sering kali menyebabkan penurunan kualitas
kepemimpinan dengan berlangsungnya pergantian pimpinan dari generasi pendiri ke
penerus, sehingga tidak ada peningkatan dalam mengembangkan sistim pada
pesantren. Salah satu persoalan yang belum tercermin dalam kepemimpinan di pesantren
adalah lemah budaya organisasi. Budaya dalam arti ‘budaya pesantren’, sehingga
budaya kyai untuk menguasai dan mengendalikan seluruh sektor pesantren
merupakan kebiasaan yang menjadikan para santri harus patu dan taat terhadap
kyai.
Upaya-upaya pengenalan program pendidikan terutama yang belum ditradisikan
tidak akan berhasil menembus pesantren bila kyai tidak merestuinya. Demikianlah
besarnya kekuasaan kyai dalam mewarnai pesantren. Kekuasaan mutlak ini ini
memang tumbuh subur didunia pesantren,karena kondisi sosial-budaya ini menerima
dan tidak berani menyangkal kehendak kyai. Kondisi demikian menyebabkan orang
luar tidak di izinkan untuk mengajukan usulan-usulan, dalam upaya pengembangan
pesantren di masa depan.
Model kepemimpinan inilah yang di identifikasi kepemimpinan yang alami, fenomena
ini muncul karena kebiasaan sistim pendidikan pesantren yang menerapkan
manajemen serba tidak formal. Akibatnya ketika pesantren dilanda masalah
kepemimpinan, yaitu ditinggal oleh kyai pendirinya. Halini disebabkan tidak
adanya anak kyai yang mampu meneruskan kepemimpinan pesantren yang ditinggalkan
ayahnya,baik dari segi penguasaan ilmu maupun pengelolaan kelembagaan.
Dinamika Kepemimpinan Kyai di
Pesantren dari urain tersebut dapat disimpulkan yaitu, gerak perjuangan yang
mendorong terjadinya perubahan sikap perilaku yang dilakukan secara sengaja,
terencana oleh kyai yang kemudian memberikan warna dan perubahan pada
pesantren. Dinamika tersebut muncul karena desakan kebutuhan internal dan
eksternal pesantren sebagai lembaga pendidikan sekaligus lembaga sosial
keagamaan dan merupakan dampak dari interaksi kyai sebagai top leader
pesantren.
Komentar
Posting Komentar