TEORI MANAJEMEN DENGAN PENDEKATAN PERILAKU
TEORI MANAJEMEN DENGAN
PENDEKATAN PERILAKU
(BEHAVIORAL
APPROACH)
A. PENDAHULUAN
Perkembangan
teori manajemen antara satu teori dengan teori lainnya berbeda, menurut pada
pandangan manajemen saat itu. Semua teori manajemen tersebut adalah baik dan
saling melengkapi satu dengan lainnya. Teori-teori manajemen membuat lebih
mudah bagi para manajer untuk memutuskan apa yang harus dilakukan agar dapat
menjalankan fungsinya secara efektif.
Manajemen
sebenarnya sudah ada sejak manusia ini ada. Hanya saja istilah manajemen, baru
muncul pada tahun 1886. Tokoh pendahulu manajemen ialah Poor (1855), ia
memeberikan kontribusi bagi manajemen berupa pandangannya yang menganggap
manejemen sebagai sistem dengan struktur organisasi yang jelas, komunikasi yang
memadai, kepemimpinan manajerial perkeretaapian. Fase ini diakhiri dengan
lahirnya Gerakan Manajemen Ilmiah yang dipelopori oleh Taylor (1886) yang
sekaligus menandai dimulainya fase modern.[1]
Sejak Revolusi
Industri I, dikenal pendekatan Manajemen Ilmiah yang dipelopori oleh Taylor
(1856-1915). Kemudian berkembang menjadi pendekatan Teori Klasik disebut Teori
Manajemen Klasik. Selanjutnya berkembang pula menjadi pendekataan Hubungan
Manusiawi, Perilaku (Behavioral) yang nantinya akan dibahas pada makalh ini,
Kuantitatif, Sistem, Kontingensi, dan Hubungan Manusia Baru.[2]
B. PEMBAHASAN
1. Pendekatan
dalam Teori Perilaku
Perilaku
dapat dipahami melalui tiga pendekatan, yaitu dengan model:
a. Rasional,
model rasional memusatkan perhatiannya pada anggota organisasi yang diasumsikan
bersifat rasional dan mempunyai berbagai kepentingan, kebutuhan, motif, dan
tujuan. Pendukung model ini antara lain Down (1967) dan Simon (1973).
b. Sosiologis,
model sosiologis lebih memusatkan perhatiannya pada pengetahuan antropologi,
sosiologi, dan psikologi. Pendukung model ini antara lain Bern (1970).
c. Pengembangan
hubungan manusia, model pembangunan hubungan manusia lebih memusatkan
perhatiannya pada tujuan yang ingin dicapai dan pengembangan berbagai sistem
motivasi menurut jenis motivasi agar dapat meningkatkan produktifitas kerja.
Pendukung model ini antara lain McGregor (1961), Maslow (1970), dan Bennis
(1990).
Teori perilaku merupakan pengembangan dari
pendekatan hubungan manusiawi. Pendekatan ini memandang bahwa perilaku manusia
dipengaruhi oleh sistem sosialnya.[3]
Maslow yang terkenal dengan teori hierarki kebutuhan untuk menjelaskan perilaku
manusia dalam kaitannya dengan motivasi manusia yaitu pada dasarnya perilaku
adalah goal-oriented. Dengan kata lain, perilaku pada umumnya dimotivasi
oleh kegiatan untuk memperoleh kebutuhan. Sesuai dengan ini, maka yang
mendorong seseorang berperilaku tertentu dipengaruhi oleh kebutuhan yang paling
mendesak. Ia mengatakan setiaporang mmempunyai suatu hierarki kebutuhan, dan
secara berturut-turut berdiri dari :
a. Physicology
needs
b. Safety
needs
c. Social
needs
d. Esteem
needs dan
e. Self
actualization needs.[4]
2. Prisip
Teori Perilaku
Beberapa
prinsip perilaku antara lain:
a. Pendekatan
motivasi yang menghasilkan komitmen pekerja sangat dibutuhkan
b. Manajemen
tidak dapat dianggap sebagai suatu proses teknik yang kaku
c. Manajemen
harus sistematis dan sistemis
d. Pendekatan
yang digunakan dalam manajemen harus hati-hati
e. Organisasi
sebagai suatu keseluruhan
f. Kepemimpinan
diterapkan sesuai dengan situasi bawahannya
g. Unsur
manusia merupakan kunci utama yang menentukan sukses atau gagalnya organisasi
mencapai tujuannya
h. Manajer
masa kini harus dididik dan dilatih untuk memahami dan menerapkan konsep-konsep
manajemen
i.
Komitmen dapat
ditingkatkan melalui partisipasi dan keterlibatan pekerja dan
j.
Pengawasan harus
dibangun dalam pengertian positif, bukan mencari kesalahan tetapi mencegah
terjadinya kesalahan secara diri.
Sumbangan
teori perilaku seperti yang telah disebutkan tadi adalah untuk dikembangkan
dalam teori motivasi. Selain itu, untuk mengetahui perilaku kelompok, hubungan
manusiawi ditempat kerja, dan pentingnya hubungan manusiawi ditempat kerja.
Ahli perilaku menyarankan untuk dikembangkan dalam teori-teori
kepemimpinan,konflik, kekuasaan, perubahan organisasi, dan komunikasi.[5]
3. Macam-Macam
Gaya Kepemimpinan
Dilihat
dari segi efektivitasnya, tiap-tiap gaya kepemimpinan dapat dikelompokkan
menjadi dua macam yaitu:
a. Kepemimpinan
yang kurang efektif, kelompok yang kurang efektif terdiri atas gaya
kepemimpinan:
1) Deserter,
perilaku kepemimpinan yang tidak merasa terlibat,
moral kepemimpinan rendah, dan suka untuk diramalkan. Ia adalah pemimpin yang
pasif
2) Missionary,
pemimpin yang mempunyai sikap menggampangkan tugas
dan persoalan, penolong dan lemah. Pimpinan gaya ini hanya tertarik kepada
keharmonisan organisasi
3) Autocrat,
perilaku pemimpin yang keras terhadap bawahan, keras
kepala, bandel, dan ingin menang sendiri. Ia merupakan pemimpin yang tidak
mempercayai orang lain, tidak menyenangkan bawahan, dan hanya tertarik pada
tugas atau kegiatan yang mendadak dan
4) Compromiser,
perilaku pemimpin yang tidak mempunyai pendirian
yang tetap, berpandangan sempit, dan tidak memberikan keputusan yang tegas.
b. Kepemimpinan
yang efektif, sedangkan kelompok yang efektif mencakup gaya kepemimpinan:
1) Bureaucrat,
perilaku pemimpin yang patuh pada peraturan, menampilkan diri sebagai insan
organisasi, dan lugu.Ia adalah pemimpin yang tertarik pada aturan dan prosedur
untuk kepentingan dirinya. Ia pun menginginkan pengaturan dan pengontrolan
dengan caranya sendiri serta senantiasa memperhatikan tugasnya.
2) Developer,
pemimpin yang mempunyai gaya kepemimpinan kreatif, memberikan pelimpahan
wewenang dengan baik dan menaruh kepercayaan kepada bawahan. Ia pemimpin yang
mempercayai bahwa masing-masing bawahan dapat berkembang sendiri.
3) Benelovent, perilaku pemimpin yang mengandalkan
organisasi dengan lancar dan tertib, mempunyai keahlian dalam mengorganisasi,
dan memiliki rasa keterlibatan diri secara mendalam.[6]
Dalam
hal ini organisasi adalah sebagai suatu sistem aktivitas kooperatif antara dua
orang atau lebih. Apabila terjadi hubungan kerja sama antara dua orang atau
lebih maka akan timbul hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara kedua orang yang
bekerja sama tersebut dan mengalami perkembangan, sehingga menimbulkan persoalan-persoalan baik
psikologis, sosial, maupun ekonomis. Kedua orang tersebut bersedia melaksanakan
kerja sama yang kooperatif karena mereka menginginkan kepuasan dari adanya
kerja sama tersebut. Sebagai akibat dari adanya kerjasama kooperatif tersebut
maka akan terdapat adanya tujuan bersama yaitu tujuan organisasi, dan disamping
itu terdapat pula tujuan pribadi dari para individu yang menjadi anggota
organisasi itu. Oleh karena itu memiliki kepentingan sendiri yang harus
dipenuhi dari hasil kerja sama kooperatif antara para anggota tersebut.
Untuk menjaga adanya kesinambungan dari adanya
kerja sama antara para anggota organisasi tersebut maka organisasi harus
memberikan imbalam kepada para individu tersebut. Dengan diberikannya imbalam
tersebut maka individu akan mempunyai kewajiban untuk memberikan sumbangan atau
partisipasi kerja guna mencapai tujuan bersama atau tujuan organisasi tersebut.
Dalam hal ini pelu diperhatikan adanya keseimbangan antara imbalan yang
diberikan oleh organisasi kepada indiviu anggota-anggotanya dengan besarnya
sumbangan yang diberikan oleh para individu kepada organisasi.[7]
C. PENUTUP
Dari beberapa pembahasan diatas dapat
disimpulkan bahwa perilaku dapat dipahami melalui pendekatan rasional,
sosiologis dan pengembangan hubungan manusia. Pendekatan ini memandang bahwa
perilaku manusia dipengaruhi oleh sistem sosialnya. Disamping itu juga terdapat
beberapa prinsip dari teori perilaku serta macam-macam gaya kepemimpinan yang
dibagi menjadi dua macam kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang pemimpin,
antara lain kepemimpinan yang kurang efektif meliputi deserter,
missionary, autocrat, compromiser dan kepemimpinan yang efektif
meliputi bureaucrat, developer, dan benevolent.
Keterbatasan pendekatan perilaku dan
sumbangannya, beberapa ahli manajemen termasuk ahli perilaku percaya bahwa
bidang perilaku tidak sepenuhnya nyata karena berkenaan dengan manusia yang
bersifat unik. Model, teori dan istilah perilaku oleh ahli perilaku sangat
kompleks dan abstrak untuk dipraktikkan para manajer. Dikarenakan perilaku
manusia sangata unik,maka ahli-ahli perilaku sering berbeda dalam menyimpulkan
penelitian, dan rekomendasinya pun sulit bagi manajer untuk memilih dan
melaksanakannya.
DAFTAR PUSTAKA
Djudju, Sudjana S. 2004. Manajemen
Program Pendidikan. Bandung: Falah Production.
Husaini, Usman. 2010. Manajemen Teori,
Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Luqman, Hakim. 2004. Kajian Teori,
Fungsi, Perilaku, dan Ketrampilan Manajemen. Surakarta: Fakultas Ekonomi
UMS.
M. Manullang. 2002. Dasar-Dasar
Manajemen. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
[1] Husaini
Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2010), hlm. 23.
[2] Ibid., hlm. 25.
[3] Husaini Usman, Manajemen
Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 38
[5] Husaini Usman, Manajemen
Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 39
[6] Djudju, Sudjana S, Manajemen Program Pendidikan, (Bandung:
Falah Production, 2004), hlm.38-39.
[7] Luqman,
Hakim, Kajian Teori, Fungsi,
Perilaku, dan Ketrampilan Manajemen, (Surakarta: Fakultas Ekonomi UMS.
2004), hlm. 19-20.
Komentar
Posting Komentar