HUBUNGAN FUNGSI SEKOLAH DALAM SOSIALISASI PESERTA DIDIK
A.
PENDAHULUAN
Sekolah
bertanggung jawab menyelenggarakan pendidikan bermutu, terbuka. demokratis, profesional,
dan memberi laporan pada pemerintahan dan masyarakat yang luas, terutama pada
masyarakat lingkungannya. (Prof. Dr. Mastahu, M. ed., 2003: 168). Untuk itu,
dibutuhkan adanya sosialisasi bagi peserta didik sendiri apabila telah terjun
sebagai anggota masyarakat.
Disini kami akan
membahas pengertian sosialisasi, pengertian sosialisasi peserta didik, fungsi
sekolah dan hubungan fungsi sekolah dengan sosialisasi peserta didik.
Dengan makalah
ini kami berharap pembaca dapat memiliki pengetahuan tentang fungsi sekolah
dalam sosialisasi peserta didik. Dalam penulisan inipun kami banyak kekurangan.
Untuk itu, kami menerima kritik dan saran yang membangun.
B.
PEMBAHASAN
1. Pengertian Sosialisasi
1. Pengertian Sosialisasi
a. Menurut
pandangan Kimball Young, sosialisasi adalah hubungan interaktif yang dengannya
seseorang mempelajari keperluan-keperluan social dan cultural yang menjadikan
seseorang sebagai anggota masyarakat.
b.
Arti sosiologis
dan psikologis dari sosialisasi ialah :
1)
Secara
sosiologis, sosialisasi berarti mendiplinkan belajar untuk menyesuaikan diri
dengan tradisi dan kecakapan-kecakapan kelompok.
2)
Secara
psikologis, sosialisasi berarti mencakup kebiasaan-kebiasaan,
perangai-perangai, ide-ide sikap dan nilai.
Dalam proses
sosialisasi bisa terjadi kendala atau hambatan, hal itu disebabkan karena dua
hal, yaitu:
a. Terjadinya
kesulitan komunikasi
b. Adanya pola
kelakuan yang berbeda-beda atau bertentangan.
Secara
sederhana, sosialisasi yang sukses adalah bila disertai dengan toleransi yang tulus (hidup berdampingan secara damai)
melalui jiwa bertepa diri (tepa selira), disiplin, dan patuh terhadap
norma-norma masyarakat, saling menghormati, dan saling menghargai. (Dr. Ary H.
Gunawan, 2000: 49).
2. Pengertian Sosialisasi Peserta Didik
2. Pengertian Sosialisasi Peserta Didik
Proses belajar
peserta didik dalam menyesuaikan diri dengan tradisi dan kecakapan-kecakapan
kelompok yang berada disekitarnya.
3. Fungsi Sekolah
3. Fungsi Sekolah
Menurut
Bachtiar Rifai, fungsi sekolah yaitu :
a.
Perkembangan
pribadi dan pembentukan kepribadian sebagai makhluk manusia, anak terdiri dari
dua aspek:
1)
Aspek individual,
yaitu:
a)
Aspek jasmani
dan
b)
Aspek rohani,
berupa:
1.
Aspek kognitif
2.
Aspek
psikomotor, dan
3.
Aspek sikap
2)
Aspek social
Sehubungan dengan itu, sekolah bertugas mengembangkannya secara
keseluruhan, artinya sekolah mengembangkan dan membentuk kepribadian anak
melalui antara lain:
a.
Mengajarkan pengetahuan
san berbgai ketrampilan
b.
Pendidikan olahraga dan kesehatan, dan
c.
Pendidikan
watak berupa latihan kebiasaan, tata tertib, pendidikan agama, pendidikan budi
pekerti dan sebagainya.
b.
Transmisi
cultural, artinya pemindahan warisan budaya masyarakat.
Transmisi cultural ini meliputi dua hal, yaitu:
1)
Transmisi
pengetahuan dan ketrampilan, mencakup:
a.
Pengetahuan
bahasa dan kecakapan berbahasa
b.
System
matematika, pengetahuan alam dan penemuan-penemuan teknologi.
c.
Pengetahuan
social
d.
Ketrampilan
kerja dan ketrampilan teknis
2)
Transmisi
sikap, nilai dan norma
Transmisi ini sebagian besar berlangsung secara informal melalui
situasi formal di kelas dan di sekolah, misalnya lewat contoh pribadi guru,
buku-buku bacaan, isi cerita dan suasana sekolah.
c.
Integrasi
social
Integrasi social berarti kesatupaduan social. Di masyarakat yang
beraneka ragaman social, menjamin wujudnya integrasi itu merupakan fungsi
sekolah yang amat penting.
d.
Inovasi
Inovasin artinya pembaharuan, dalam hal ini inovasi social atau
pembahasan dalam masyarakat.
e.
Pra-seleksi dan
pra- alokasi tenaga kerja
Dengan perkataan lain, fungsi ini berarti menyaring dan menyiapkan
anak didik sebagai tenaga kerja. (Dimyati Mahmud, 1986: 172-174).
4. Hubungan Sosialisasi dengan Fungsi Sekolah
4. Hubungan Sosialisasi dengan Fungsi Sekolah
Setelah
masuk sekolah anak harus dapat menyesuaikan diri dengan kondisi serta
aturan-aturan sekolah yang berlaku dan formatif, tidak sedikit anak-anak pada
awal masa sekolah menangis karena belum dapat menyesuaikan diri dengan kondisi
dan situasi yang baru.
Misalnya,
anak ketika masih di rumah mendapat perhatian dari beberapa orang ( orang tua,
kakek, nenek, kakak, pembantu, dan sebagainya). Sedangkan di sekolah seorang
guru harus memperhatikan anak-anak dalam satu kelas. Bila kelas berisi 40
siswa/anak, maka tiap anak hanya mendapat 1/40 perhatian guru. Sehingga anak
akan merasa “stress” jiwanya dan menangis menuntut perhatian yang lebih besar
dari gurunya.
Untuk
itulah secara berangsur-angsur sosialisasi di sekolah harus dilakukan oleh
anak, disamping guru juga harus menyesuaikan diri dengan tuntutan/kondisi
sekolah (Drs.Ary. H.Gunawan, 2000 :49-50). Dari uraian diatas, jelaslah bahwa
sekolah berfungsi sebagai transmisi pengetahuan social, transmisi sikap dan
integrasi social.
Transmisi
pengetahuan social, artinya bahwa sekolah tidak hanya mengajarkan pengetahuan
yang bersikap empiric, tetapi juga mengajarkan cara-cara bersosialisasi dengan
masyarakat pada umumnya dan teman sebaya pada khususnya.
Sedangkan
transmisi ini terjadi di luar proses belajar mengajar bersikap abstrak yang
mempengaruhi pribadi siswa, contonya akhlak seorang guru yang baik,
bacaan-bacaan yang mendidik dan lingkungan sekolah yang islami.
Integrasi
social mengambil peran memperkenalkan kepada anak didik. Karena di sekolah
terdapat berbagai macam karakter anak berasal dari berbagai daerah, agama,
bahasa, dan sebagainya. Di sinilah proses sosialisasi anak didik berlangsung.
C.
PENUTUP
Proses sosialisasi sangat penting bagi perkembangan anak didik.
Untuk itulah sekolah mempunyai peran khusus sebagai tempat bagi anak didik
untuk belajar bersosialisasi dalam lingkungan kecil, yang diharapkan nantinta
peserta didik mampu bersosialisasi secara luas dalam kehidupan bermasyarakat.
Demikianlah letak hubungan antara sosialisasi dengan fungsi sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Ary.H.Sosiologi
Pendidikan . Jakarta: Rineka Cipta, 2000
Mahmud, Dimyati.Sosiologi
Pendidikan (Suatu penelitian kepustakaan). Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, 1989
M. ed, Mastuhu. Menata Ulang
Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional Dalam abad 21. Jakarta: Safiria Insani Press, 2003
Komentar
Posting Komentar