KUPAS TUNTAS FILM THE MIRACLE WORKER
A. Pendahuluan
Seorang
anak dilahirkan untuk belajar dan mendapatkan pembelajaran, meskipun ia
mempunyai keterbatasan dalam memperoleh pembelajaran tersebut, baik
keterbatasan pada fisik maupun psikisnya.
Kisah
ini berawal dari kehidupan sebuah keluarga kaya yang bahagia. Tetapi semuanya
ternyata fana. Keluarga itu ternyata memiliki anak yang memiliki keterbatasan
panca indra. Buta, tuli dan bisu. Cinta dari keluarganya ternyata tidak dapat
mengobati lukanya. Kesembuhan yang diharapkan pun tidak kunjung tiba. Hingga
akhirnya, di ujung-ujung usaha barulah takdir yang berbicara. Seorang guru pun
dihadirkan untuk membantu sang anak mengatasi masalahnya. Dan usahanya pun
berhasil. Sungguh mengagumkan.
“The languange is more important than light
for eyes.”
Kiranya
itulah yang menjadi dasar Ny. Sullivan untuk terus-menerus mendidik Helen
sampai “bisa”. Helen Keller, seorang buta-tuli-bisu yang menjadi orang besar
nan berjasa. Berkat kegigihannya dalam belajar serta kesabaran gurunya, ia
menjadi perempuan terbatas yang berprestasi. Ia menjadi pengacara terkenal
dengan spesifikasi persamaan sosial.Ia juga aktif menyeru kepada dunia untuk
peduli kepada orang bisu-tuli.
Film
tersebut menceritakan perjuangan Ny. Sullivan dalam mendidik Helen dari tidak
bisa, tak mengenal aturan, liar, hingga menjadi gadis cantik, pintar, dan mampu
berkomunikasi.Film ini teramat beda. Mengharukan dan menyentuh. Tentang si
kecil Hellen Keller yang tidak bisa mengenal dunianya. Tentang seorang guru,
Annie Sullivan yang tidak pernah menyerah karena keadaan. Yah, tentang
keajaiban cinta seorang guru pada muridnya.Film ini juga mengajarkan banyak hal
pada kita. Tidak ada pekerjaan yang tidak mungkin dapat dilakukan. Impossible
is Nothing. Menyerah pada keadaan bukanlah solusi. The Miracle Worker, tentang
sang pembuat keajaiban. Kita pun bisa seperti itu. Bermodalkan keikhlasan,
kesabaran dan rasa syukur.
Helen
Keller adalah wanita tegar yang menjadi inspirasi bagi Dunia, dan ia di kenal
sebagai pejuang hak-hak wanita, pembela orang cacat serta pengarang produktif
dan sukses.
Helen
Keller bisa membuktikan bahwa keterbatasan fisik tidak bisa mengekang manusia
untuk sukses, selama ada keyakinan diri, kerja keras dan semangat
“Dia menciptakan manusia dan mengajarnya pandai berbicara.” (Ar-Rahman: 3-4)
“Dia menciptakan manusia dan mengajarnya pandai berbicara.” (Ar-Rahman: 3-4)
B. Pembahasan
1. Kisah Singkat Helen Keller
Hellen
Adam Keller lahir sebagai anak yang sehat di Tuscumbia,Alabama, Amerika serikat
pada 27 Juni 1880 disuatu tempat yang dikenal dengan nama “Ivy Green”. Dari
ayahnya, ia merupakan keturunan Alexander Spottswood seorang gubernur colonial
dari Virginia
yang juga memiliki hubungan dengan keluarg-keluarga pahlawan Utara Amerika.
Dari ibunya, ia memiliki hubungan darah dengan keluarga-keluarga new England
termasuk Hales, Everetts dan Adamses.
Ayahnya bernama Kapten Arthur Keller, seorang editor surat kabar North
Alabamian. Kapten Arthur Keller juga memiliki ketertarikan yang kuat kepada
kehidupan public dan merupakan orang yang berpengaruh dilingkungannya. Pada
tahun 1885 dibawah administrasi Cleveland,
ia diangkat menjadi Marshal untuk Alabama Utara.
Penyakit
yang menimpa Helen keller pada saat berumur 19 bulan membuat ia menderita tuli
dan buta sebelum ia mengetahui cara membaca dan menulis. Pada saat itu ia
diduga mengidap demam otak dan mungkin saja sekarang lebih tepatnya dikenal
dengan nama demam scarlet. Karena penyakitnya sejalan bersama pertumbuhannya,
ia menjadi anak yang liar dan tidak patuh serta tidak mengenal dengan jelas dunia
yang ada disekelilingnya.
Kehidupan
Helen keller yang baru dimulai pada Maret 1887 ketika ia berumur kurang lebih 7
tahun. Hari itu merupakan hari yang paling penting yang selalu ia ingat dalam
hidupnya, ia kedatangan seorang perempuan Anne Mansfield Sulivan dari Tuscumbia
yang menjadi gurunya. Nona Sulivan, merupakan perempuan berumur 20-an lulusan
Sekolah khusus orang buta bernama Perkin
School. Ia merupakan
orang yang mendapatkan penglihatannya kembali melalui serangkaian operasi. Ia
datang atas unjuran simpatik Alexander Graham Bell yang merupakan kenalan
keluarga Anne. Semenjak hari itu, edua orang tersebut, menjadi guru-murid yang
tak terpisahkan hingga kematiannya pada awal 1936.
Nona
Sullivan memulai tugasnya untuk mengubah anak yang tidak terkontrol menjadi
sosok yang sukses dengan memberikan boneka yang merupakan buatan anak-anak dari
sekolah Perkin (sekolah khusus orang cacat yang kemudian dibuat khusus untuk
Helen). Dengan mengejakan d-o-l-l (boneka) melalui tangan , ia berharap dapat
menghubungkan objek dengan huruf. Helen ternyata belajar dengan cepat dengan
metode yang tepat pula, namun ia tidak tahu bagaimana cara untuk mengucapkan
kata-kata. Selama beberapa hari, ia banyak belajar mengeja kata-kata baru namun
dengan cara yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain.
Suatu
hari ia dan “guru”-panggilan Helen untuk Sullivan- pergi ke tempat sumur pompa
terbuka. Nona Sullivan mulai memompakan air dan menaruh tangan Helen dibawah
keran air tersebut. Begitu air menyentuh tangan Helen, ia mencoba untuk mengeja
secara perlahan kata ‘w-a-t-e-r (air) melalui tangan helen yang satunya
kemudian semakin cepat. Tiba-tiba, sinyal itu dapat dimengerti oleh pikiran
Helen. Ia akhirnya tahu bahwa water (air) adalah zat dingin luar biasa yang
mengalir ditangannya. Setelah ia mengerti, ia berhenti dan menyentuh tanah dan
menanyakan ejaan untuknya. Pada saat malam tiba, ia sudah mempelajari 30
kata-kata baru.
Sewaktu
ia mengecap pendidikan, ia belajar menguasai alphabet dengan cepat, baik manual
maupun huruf timbul khusus bagi orang buta serta meningkatkan kemampuan membaca
dan menulis. Di tahun 1890, ketika umurnya masih 10 tahun, ia mencoba untuk
belajar berbicara. Entah bagaimana ia mengetahui bahwa seorang gadis buta tuli
di Norway
sudah dapat berbicara dengan baik. Nona Sarah Fuller di Horace Mann School
merupakan orang pertama yang menjadi guru vokal untuknya.
Sejak
ia masih kecil, ia selalu berkata suatu hari saya akan masuk perguruan tinggi
dan akhirnya ia membuktikannya. Pada tahun 1898, ia berhasil masuk ke Cambrige
school for young ladies sebelum akhirnya ia masuk ke Radcliffe College pada
musin gugur 1900 dan menamatkan sekolahnya pada tahun 1904 dengan prestasi
Cumlaude. Selama tahun-tahun berikutnya sampai ia meninggal di tahun 1936, Anne
Sullivan selalu berada disampingnya, terus menerus mengeja buku demi buku,
ceramah demi ceramah melalui tangan Helen.
Pendidikan
formalnya berakhir sewaktu ia menerima gelar Sarjana Muda, namun selama
hidupnya ia selalu belajar secara informal hal-hal yang penting bagi masyarakat
moderen. Dengan pengetahuannya yang luas serta banyaknya pencapaian dibidang
pendidikan, ia dianugerahkan gelar doktor kehormatan dari temple university dan
harvard university seta dari universitas Glasgow di Skotlandia; Berlin, Jerman; Delhi,
India; dan
Witwatersran di Johannesburg Afrika Selatan. Ia juga merupakan peserta
kehormatan untuk education institute di Scotland.
Pada
tahun 1905, Anne Sullivan menikah dengan John Macy,seorang kritikus dan
sosialis terkemuka. Pernikahan tersebut tidak merubah hubungan guru dan murid
tersebut. Helen akhirnya tinggal bersama Anne dan suaminya. Keduanya terus
memberikan waktu untuk pendidikan dan aktifitas Helen. Selama masih berstatus
murid di Radcliffe, Helen memulai karir menulis yang kemudian ditekuninya
selama hampir 50 tahun. Pada tahun 1903, The story of My Llife (kisah hidupku)
muncul dalam bentuk cerita bersambung di Ladies Home Journal dan kemudian
muncul dalam bentuk buku. Merupakan karya yang paling populer dan telah
diterjemahkan ke dalam 50 bahasa termasuk Marathi, Pusthu, Tagalog dan Vedu.
Juga dibuat dalam bentuk edisi buku tipis di Amerika Serikat. Publikasinya yang
lain adalah: Optimis; An Essay; The
World I Live In; The song of the stone wall; Out of the Dark; My Religion;
Midstream- my later life; Peace at eventide; Helen Keller in Scotland; Helen
Keller Journal; Let us have faith; Teacher, Anne Sullivan Macy dan the open
door.
2. Pembelajaran Kognitif Pada
Hellen Keller
Hellen
Keller memiliki kekurangan dalam tiga
alat indra yang penting, namun ia juga memiliki kemampuan lainnya, yaitu otak
yang cerdas, penciuman dan perasa yang kuat. Kemampuan inilah yang dimanfaatkan
oleh Nona Annie Sullivan untuk mengajarinya bahasa lewat isyarat tangannya. Helen termasuk ke dalam anak
berkebutuhan khusus yang mengalami cacat ganda, namun yang harus selalu
diyakini adalah setiap kekurangan yang ada pada diri pasti memiliki satu
kelebihan yang tidak terperi.
Hellen
Keller yang sejak kecil dididik oleh keluarganya dengan memberikan
stimulus-stimulus agar ia tenang sementara. Hal ini dilakukannya secara
berulang-ulang tiap kali Hellen marah, hingga akhirnya ia terbiasa dengan
keadaan seperti ini. Hasilnya Hellen menjadi anak yang manja, liar dan pemarah.
Keluaranya membiasakan Hellen dengan teori Behavioristik yang lebih menekankan
timbulnya perilaku jasmaniah yang nyata dan dapat diukur. Teori ini juga bersifat otomatis – mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respons,
sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Padahal setiap anak
memiliki self direction (kemampuan mengarahkan diri) dan self control
(pengalaman diri) yang bersifat kognitif, dan karenanya ia bisa menolak
merespon jika ia tidak menghendaki, misalnya
karena lelah atau berlawanan
dengan kata hati.
Dengan datangnya Annie Sullivan, ia
mengubah pembelajaran behaviorisme menjadi pendekatan kognitif. Ia
menyingkirkan smeua stimulus-stimulus yang biasa diberikan pada Helen.
Akibatnya Hellen memberontak, marah dan liar. Namun, Annie Sullivan memberikan
stimulus jika Helen mau mengeja huruf
dengan jari-jarinya. Jika Helen mengeja C-A-K-E dengan benar, maka iapun akan
mendapatkan cake. Gurunya memanfaatkan indra penciuman dan perasa untuk
mengenalkan bawha tiap kata itu mempunyai makna. Hal ini diajarkan pada Helen
terus menerus, hingga Helen sudah mengetahui banyak sekali kata-kata, tapi ia
belum tahu bahwa tiap kata itu memiliki makna.
Pendekatan kognitif yang dilakukan oleh
Annie Sullivan memberikan perspektif bahwa belajar pada asanya peristiwa
mental, bukan peristiwa behavioral (yang bersifat jasmaniah), meskipun hal-hal
yang bersifat behavioral tampaknya lebih nyata dalam hampir setiap peristiwa
belajra. Dalam hal ini, seorang pakar psikologi menyimpulkan bahwa anak-anak
memiliki kebutuhan yang melekat dalam dirinya sendiri untuk belajar.
Belajar membutuhkan waktu dan tempat yang
khusus, maka dalam hal ini Annie Sullivan memilih untuk berdua saja dengan
Helen dalam satu tempat. Agar tidak ada campur tangan dari orang lain yang akan
mempengaruhi proses belajarnya. Dalam tempat ini, Helen mengalami kemajuan yang
luar biasa. Ia mempunyai ketrampilan menjahit, makan dengan tenang dan teratur,
bahkan sudah mengetahui banyak kata-kata, walaupun ia belum tahu maknanya.
Kemajuan positif dalam belajar harus
selalu dijaga agar jangan sampai hasil
yang baik itu menjadi hilang karena pengaruh lingkungan atau bahkan keluarganya
sendiri, jika keluarganya mengajarkan cara yang salah dalam perkembangan
anaknya. Hal inilah yang menjadikan Annie Sullivan untuk selalu mendampingi
muridnya Helen Keller hingga dewasa.
C. Kesimpulan
Sebagai seorang pendidik, seperti
Anne Sullivan, kita harus menjadi seorang yang sabar, sabar dalam menghadapi
anak didik, baik sifat, perilaku, ataupun tindakannya. Pendidikan pun harus
ikhlas karena segala sesuatu yang dilakukan secara ikhlas maka hasilnya akan
bermanfaat bagi semua yang ada di sekitarnya.
Seorang
pendidik haruslah selalu bekerja keras dan pantang menyerah. Hal itu merupakan modal bagi seorang
pendidik sehingga mampu memberikan pendidikan secara menyeluruh dan tuntas.
Sikap optimis pun sangat diperlukan oleh seorang pendidik karena dengan
bersikap optimislah, pendidik dapat lebih termotivasi untuk berinovasi agar
berguna bagi anak didinya.
Ketegasan
seorang guru sangatlah diperlukan terhadap anak didik dan orangtuanya. Tegas
bukan berarti keras. Tegas berarti mengatakan ”Ya” jika ya dan mengatakan
”Tidak” jika memang tidak sambil memberikan penjelasan atas setiap perkataan.
Hal ini perlu dilakukan
secara konsisten atau dijadikan pembiasaan agar anak dapat berpikir mana yang
benar dan mana yang salah, sehingga ia dapat berhati-hati dalam bertindak.
Dengan menerapkan hal ini, karakter anak akan terbentuk dengan sendirinya
karena dirinya selalu diberikan penjelasan atas perbuatannya, maka nantinya ia
akan terbiasa untuk berkomunikasi dan berdiskusi, sekaligus mengasah
kecerdasannya dalam berpikir.
Berbagai
macam model pembelajaran, permainan edukatif, ataupun kejadian yang terjadi dalam kehidupan akan dilihat dan
diamati oleh anak. Anak adalah seorang pengamat yang paling hebat. Oleh sebab
itu, kita sebagai pendidik haruslah berhati-hati dalam bertindak karena setiap
tindakan yang dilakukan di depan si anak akan diperhatikan, dicerna, lalu
dilakukan oleh anak. Pendidik harus mempelajari teknik dan cara yang akurat
dalam mendidik anak untuk mempermudah diri pendidik dalam menyampaikan
pendidikan secara optimal.
Bila
tekhnik dan cara telah diterapkan secara akurat, berikanlah pujian (reward)
bila anak berhasil melakukan sesuatu
dengan benar dan tentu saja hukuman (punishment) bila anak melakukan suatu
kesalahan ataupun melakukan sesuatu sesuai keingiannya sendiri. Jangan pernah
berhenti untuk mengingatkan anak guna melatih kedisiplinan diri. Namun meski
diingat oleh pendidik bahwa semua tidak akan berhasil bila tanpa cinta karena
kekuatan cinta mampu mengubah seorang anak dari tidak tahu menjadi tahu, dari
tidak bisa menjadi bisa.
Berusahalah
masuk ke dalam dunia anak. Selami pikiran dan perasaan mereka. Bangun
kepercayaan diri anak terhadap kita agar anak dapat dengan mudah melakukan
sesuatu sesuai dengan keinginan kita. Seperti kita kehatui, hidup adalah
perjuangan tanpa henti-henti, tak ada hidup tanpa perjuangan, tiap perjuangan
memerlukan pengorbanan. Jangan menengok ke belakang ketika sedang berjuang.
Jangan pernah menyerah ketika sedang berjuang, janganlah takut akan kegagalan,
jadikan kegagalan itu bahan ajar untuk kehidupan yang akan datang.
Kita
dapat mencontoh semangat juang Anne Sullivan yang telah mendidik Hellen Keller
menjadi sebuah pribadi yang mandiri, cerdas, dan pantang menyerah. Jadi, jangan
pernah takut menjadi orang buta. Yang terpenting, kita harus cerdas dan peka
memanfaatkan secercah sinar. Tanpa harus peduli betapa lemahnya sinar itu
sekalipun. Janganlah memandang enteng segala hal yang kelihatannya remeh, tapi
bisa menjadi kunci solusi. Kadang-kadang kita harus tuli untuk bisa menikmati
sebuah musik yang indah.
Jika
Inderanya ada yang ganjil dan bukan pikirannya, dia pasti punya bahasa, bahasa
lebih penting bagi pikiran dari pada cahaya mata”. Hal terbaik dan terindah
yang tidak dilihat atau disentuh oleh dunia adalah hal yang dirasakan di dalam
hati
Dalam
hidup ada kehidupan. Kita harus menghidupkan kehidupan ini agar kita
benar-benar hidup di dalam hidup kita, tidak sekedar hidup-hidupan. Setelah
kita benar-benar hidup, mengerti hidup, mengapa kita hidup, dan untuk apa kita
hidup, baru kita dapat membantu orang lain untuk menghidupkan kehidupan mereka
sehingga mereka benar-benar hidup di dalam kehidupan mereka.
Komentar
Posting Komentar