HAKEKAT MANUSIA
A. PENDAHULUAN
Manusia merupakan satu-satunya makhluk
yang dalam unsur penciptaannya terdapat ruh illahi, sedang manusia tidak diberi
pengetahuan tentang ruh. Penciptaannya dari tanah dan setelah sempurna
kejadiannya dihembuskan kepadanya ruh. Al-qur’an mengemukakan bahwa manusia
pertama diciptakan dari tanah dan ruh illahi, melalui proses yang tidak jelas
rinciannya, sedangkan reproduksi manusia, walaupun dikemukakan
tahapan-tahapannya, namun tahapan tersebut lebih banyak berkaitan dengan unsur
tanahnya.
Disamping itu al-qur’an juga
membicarakan tentang sifat-sifat manusia dan potensinya yang bersifat positif
maupun negatif yang berkaitan dengan fitrah, nafs, qalb, ruh dan ‘aql yang akan
dibahas dalam makalah ini.
B.
PEMBAHASAN
1. FITRAH
Dari
segi bahasa kata fitrah diambil dari akar kata al-fathr yang artinya belahan,
dan dari makna ini lahir makna-makna lain diantaranya penciptaan atau kejadian.
Fitrah manusia adalah kejadiannya sejak semula atau bawaan sejak lahir. Dalam
al-qur'an kata ini dalam berbagai bentuknya terulang sebanyak dua puluh delapan
kali 14 diantaranya dalam konteks uraian tentang bumi dan langit, sisanya dalam
konteks pengakuan bahwa penciptaannya adalah Allah swt, maupun dari segi uraian
tentang fitrah manusia. Hal terakhir ini ditemukan sekali yaitu pada surat
ar-rum - 30:
"Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui"
Merujuk
dari apa yang dikemukakan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia sejak
asal kejadiannya membawa potensi beragama yang lurus dan dipahami oleh para
ulama sebagai tauhid. Akan tetapi fitrah manusia tidak hanya terbatas pada
fitrah keagamaan, dalam ayat al-qur'an juga menyebutkan tentang potensi manusia
walaupun tidak ada kata fitrahnya, misalnya dalam Q.S ali-imran – 14:
"Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)."
Karena
itu sangat tepat kesimpulan M. Bin Asyur dalam tafsirnya tentang surah ar-rum:
30 yang menyatakan, fitrah adalah bentuk dan system yang diwujudkan Allah pada
setiap makhluk. Fitrah yang berkaitan dengan manusia adalah apa yang diciptakan allah pada manusia
yang berkaitan dengan jasmani dan akal (serta ruhnya).
2. NAFS
Kata
nafs dalam al-qur'an mempunyai banyak makna, sekali diartikan sebagai totalitas
manusia, seperti Q.S al-maidah: 32. Pada ayat lain menunjuk kepada apa yang
terdapat dalam diri manusia yang menghasilkan tingkah laku seperti maksud
kandungan firman allah dalam Q.S ar-ra'dh – 11:
"Sesungguhnya
Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri."
Secara
umum dapat diketahui bahwa nafs dalam konteks pembicaraan tentang manusia
menunjukkan kepada sisi dalam manusia yang berpotensi baik dan buruk. Menurut
pakar al-qur'an Muhammad Abduh mengisyaratkan bahwa nafs pada hakikatnya lebih
mudah melakukan hal-ahal baik dari pada hal yang buruk. Karena pada dasarnya
allah menciptakan manusia untuk melakukan kebaikan. Firman allah dalam Q.S
al-infithar ayat 6-7:
"Hai
manusia, apakah yang Telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap
Tuhanmu yang Maha Pemurah. Yang Telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan
kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh) mu seimbang."
3. QALB
Kata
Qalb diambil dari kata qalaba yang berarti membalik karena sering kali
terbolak-balik. Qalb sangat berpotensi untuk tidak konsisten. Al-qur'an pun
mengambarkan demikian.
a.
"Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau
yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya".(Q.S Qaf: 37)
b.
"Kami jadikan dalam kalbu orang
yang mengikuti (Isa As.) kasih sayang dan rahmat)".(Q.S al-hadid:27)
c.
"Akan kami masukkan ke dalam hati
orang-orang kafir rasa taku".(Q.S al-imran: 151)
d. "Allah
menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di
dalam hatim".(Q.S al-hujrat: 7)
Dari
ayat tersebut terlihat bahwa kalbu adalah wadah dan pengajaran, kasih sayang,
takut, dan keimanan. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa kalbu memang
menampung hal-hal yang disadari oleh
pemiliknya. Dalam beberapa ayat kata qalb yang merupakan wadah itu, dipahami dalam
arti "alat" seperti dalam firman-Nya "mereka mempunyai qalbu,
tetapi tidak digunakan untuk memahami"(Q.S al-a'raf: 179).
4. RUH
Allah
berfirman dalam Q.S al-isra' - 85:
"Dan
mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan
Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".
Adapun
yang menambahkan sulitnya persoalan adalah bahwa kata ruh terulang didalam
al-qur'an sebanyak 24x dengan berbagai konteks dan berbagai makna, dan tidak
semua berkaitan dengan manusia. Seperti dalam surat al-qadar yang membicarakan
tentang turunnya malaikat dan ruh pada malam lailatul qadar.
5. 'AQL
Kata
'aql dari segi bahasa pada mulanya berarti tali pengikat, penghalang. Al-qur'an
menggunakannya bagi sesuatu yang mengikat atau menghalangi seseorang terjerumus
dalam kesalahan atau dosa. Akar kata 'aql dapat dipahami:
a. Daya
untuk memahami dan menggambarkan sesuatu, seperti firman-Nya Q.S al-ankabut 43:
"Dan perumpamaan-perumpamaan Ini
kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang
berilmu"
b. Dorongan
moral, seperti firman-Nya Q.S al-an'am 151:
"Dan janganlah kamu mendekati
perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang
tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar, demikian itu yang
diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami (nya)".
c. Daya
untuk mengambil pelajaran, kesimpulan dan hikmah, daya yang menggabungkan dua
daya terdahulu Q.S ali-imran 190-191:
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal, (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia,
Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka".
Orang
berakal dalam ayat ini disebut dengan ulil albab yang pemahamannya tentang
penciptaan alam (melalui daya pikirnya) dan dorongan moralnya (melalui daya
dzikirnya) telah mengantarkannya mengambil pelajaran / hikmah bahwa apa yang
diciptakan allah tidak sia-sia.
C. PENUTUP
Berdasarkan uraian diatas bahwa manusia bebas dalam menentukan tingkah
lakunya berdasarkan pikiran, perasaan, dan kemauannya, namun pada saat yang
bersamaan manusia juga bertanggung jawab terhadap alam, manusia, dan
tuhannya.Dalam al-qur’an secara jelas diungkapkan bahwa totalitas diri manusia
memiliki lima dimensi. Kelima dimensi psikis tersebutmencakup nafs, aql, qalb,
ruh dan fitrah. Dimensi nafs, aql, qalb berada pada aspek nafsiah, dimensi ruh
dan fitrah berada pada aspek ruhaniah. Keseluruhan aspek dan dimensi ini
kemudian membentuk suatu komposisi atau struktur sedemikian rupa, sehingga
terbentuk struktur atau komposisi psikis manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin.
2007. Paradigma Psikologi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
M.
Quraish, Shihab. 1996. Wawasan Al-qur’an. Bandung: Mizan.
Komentar
Posting Komentar