PENDIDIKAN AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Penulisan
Pada masa penjajahan kolonial Belanda untuk memperoleh pendidikan sangat sulit. karena ada berbagai peraturan yang diterapkan oleh pihak kolonial terutama terhadap bangsa pribumi, adanya diskriminasi. Selain itu pendidikan yang dibuat oleh pihak kolonial hanya diperuntukan untuk mendapatkan pegawai dengan upah rendah namun berpotensi. Selain itu ruang lingkup pendidikan tersebut sangat diawasi oleh kolonial Belanda dikarenakan Belanda khawatir  terjadinya suatu pembrontakan akibat pemberontakan itu.
Sedangkan bangsa Indonesia sendiri memerlukan pendidikan untuk mendukung pergerakan mereka menuju kemedekaan, oleh karena itu pendidikan di Indonesia mulai bermunculan, baik yang sesuai dengan politik maupun agama. Maka dari itu kami melihat ada salah satu gerakan pendidikan agama yaitu Jam’iyatul Islah wal Irsyad Al-arabiyah, gerakan ini memberikan andil yang cukup besar dalam pendidikan di Indonesia. Selain itu adanya tuntutan keadaan sosial masyarakat yang sarat akan TBC (Taklid, Bid’ah dan Churafat) sehingga adanya gerakan untuk pemurnian kembali  terhadap ajaran agama Islam. Maka dari itu kami sangat tertarik untuk mengulas tentang gerakan Al-Irsyad dalam pendidikan, sehingga kami mengambil sebuah judul tentang “PENDIDIKAN AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH”.
Dalam penulisan makalah ini kami membuat beberapa rumusan masalah yang menjadi pokok pembahasan. Rumusan masalah dapat membatasi pembahasan agar tidak melebar. Adapun rumusan masalah yang kami tetapkan adalah:
1.         Bagaimana sejarah berdiri dan perkembangan Al-Irsyad Al-Islamiyyah?
2.         Apa peranan dalam perkembangan pendidikan islam Al-Irsyad di Indonesia?
3.         Bagaimana pasang surut pendidikan Al-irsyad Al-Islamiyyah?
 Adapun tujuan yang ingin di capai adalah untuk menjawab rumusan masalah di atas, yakni untuk mengenai:
a.         Sejarah berdiri dan perkembangan Al-Irsyad Al-Islamiyyah
b.        Peranan dalam  perkembangan pendidikan islam Al-Irsyad di Indonesia.
c.         Pasang surut pendidikan Al-Irsyad Al-Islamiyyah

BAB II
PEMBAHASAN
1.      Sejarah berdirinya Al Irsyad Al Islamiyah
Perhimpunan Al Irsyad Al Islamiyah (jami’at al islamiyah wal al irsyad) berdiri pada 6 September 1914 (15 syawal 1332). Tanggal tersebut mengacu pada pendirian Madrasah  Al Irsyad Al Islamiyah yang pertama  di jakarta. Tokoh utama pendiri Al Irsyad Al Islamiyah adalah Al alamah Syeikh Ahmad Surkati Al-Anshori, seorang ulama besar  Mekkah yang berasal dari Sudan. Pada mulanya Syeikh Surkati datang ke Indonesia atas permintaan perkumpulan Jami’at khair yang mayoritas pengurusnya terdiri dari orang-orang Indonesia keturunan arab golongan Sayyid  dan berdiri pada 1905. Nama lengkapnya adalah Syeikh Ahmad bin Muhammad Assorkaty Al Anshory.
Al Irsyad adalah organisasi islam nasional, syarat keanggotaanya seperti tercantum dalam Anggaran Dasar Al Irsyad adalah “warga negara Republik Indonesia yang beragama Islam yang sudah dewasa”. Jadi tidak benar bahwa Al Irsyad merupakan organisasi warga keturunan Arab. Perhimpunan Al-Irsyad  mempunyai sifat khusus, yaitu perhimpunan yang beraqidah  islamiyah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, dibidang pendidikan, pengajaran serta sosial dan dakwah bertingkat nasional ( AD, ps. 1 ayat 2). Perhimpunan ini adalah perhimpunan mandiri yang tidak mempunyai kaitan dengan politik.
Syeikh Ahmad Surkati tiba di  Indonesia, menyebarkan ide- ide baru dalam lingkungan masyarakat Islam Indonesia. Syeikh Ahmad Surkati diangkat sebagai pemilik sekolah-sekolah yang dibuka jami’at khair di Jakarta dan Bogor. Berkat kepemimpinan dan bimbingan Syeikh Ahmad Surkati, dalam waktu satu tahun sekolah- sekolah tersebut. Namun Syeikh Ahmad Sukarti  hanya bertahan tiga tahun di jami’at khair karena perbedaan paham dengan para penguasa jami’at khair, yang umumnya keturunan arab syaid (alawiyin). Khususnya yang menyangkut persamaan derajat, belum terserat baik, terlihat setelah para pemuka jami’at khair dengan keras menentang fatwa Syeikh  Ahmad tentang persamaan derajat. Karena tidak disukai Syeikh Ahmad memutuskan mundur dari jami’at khair pada 6 septenber 1914 (15 syawa 1332 H), dan pada hari itu juga Syeikh Ahmad bersama beberapa sahabatnya mendirikan Madrasah Al Irsyad Al Islamiyah, serta organisasi yang menaunginya.
Setelah 3 tahun berdiri, perhimpunan Al Irsyad mulai membuka sekolah dan cabang-cabang  ditandai dengan berdirinya sekolah (madrasah). Cabang pertama di Tegal (Jawa tengah) pada 1917, kemudian diikuti dengan cabang-cabang Pekalongan, Cirebon, Surabaya dan kota-kota lainya. Al Irsyad pada masa-masa awal  kelahiranya dikenal sebagai kelompok pembaharu Islam di Nusantara bersama Muhamadiyah dan Persis (pesatuan islam). Tiga tokoh utama organisasi ini adalah Ahmad Surkati, Ahmad Dahlan, dan Ahmad hasan yang sering disebut sebagai “ Trio pembaharu Islam Indonesia”.
Sejak didirikannya Al Irsyad Al islamiyah yang bertujuan untuk memurnikan tauhid, ibadah, dan amaliyah islam, yang bergerak dibidang pendidikan dan dakwah. Untuk merealisir tujuan ini, Al Irsyad sudah mendirikan ratusan sekolah formal dan lembaga pendidikan non formal diseluruh Indonesia.[1]
2.      Perkembangan Al irsyad Al Islamiyah
Perkembangan oganisasi Al-Irsyad kurang begitu pesat jika dibandingkan dengan organisasi yang lahir jauh sesudahnya seperti Muhammadiyah dan NU. Hal ini bisa dilihat karena kebanyakan para pengurus dan pendukung organisasi ini adalah dari kalangan keturunan Timur Tengah (Arab). Adanya jarak antara masyarakat keturunan Arab dengan pribumi menyebabkan sosialisasi organisasi ini kurang menyentuh atau melebar ke masyarakat pribumi. Dilihat dari pergerakan keorganisasiannya, Al-Irsyad lebih cenderung penekanannya dalam bidang sosial pendidikan. Mengenai masalah perpolitikan, organisasi ini cenderung bersifat netral atau kurang menyentuhnya sehingga pada hal-hal yang justru mengandung nilai perjuangan yang tinggi yaitu perjuangan untuk ummat Islam dapat menjalankan syari'atnya dengan kafah di negara RI, kurang mendapat respon. Hal ini tidak jauh berbeda dengan organisasi-organisasi keagamaan Islam besar lainnya sepeti NU dan Muhamadiyah yang cenderung menerima Pancasila sebagai satu-satunya dasar/azas negara RI dan UUD 1945 sebagai sumber dari segala sumber hukum dengan alasan tidak ada larangan menjalankan kebebasan agama di dalamnya. Sementara perjuangan penegakkan syari'at Islam di Indonesia sebagian besar hanya dilakukan oleh tokoh-tokoh dan kaum militan Islam dan sayangnya kelompok ini adalah kelompok minoritas.
3.      Peranan dan Perkembangan pendidikan Al-Irsyad islam di Indonesia
Peran Al-Irsyad dalam pendidikan di Indonesia sangat berpengaruh dan memberikan corak tersendiri dalam sistem pendidikan di negara kita, disaat banyaknya sekolah-sekolah yang lebih mementingkan kepentingan aspek intelektual dan mengesampingkan aspek moral, Al-Irsyad tampil sebagai pendidikan yang menimbang aspek moral, yang bertujuan untuk meningkatkan moral bangsa Indonesia dan menjadikan penerus-penerus bangsa yang taat terhadap agamanya.
Al- Irsyad memandang pendidikan adalah satu-satunya cara untuk mereformasi masyarakat Islam. Bagi para Irsyadi, pendidikan dimaksudkan untuk mencapai dua sasaran. Pertama, ia dimaksudkan untuk mendidik siswa dalam memahami Islam yang benar dengan mengajarkan kepada mereka membaca dan menafsirkan Al-Qur’an dan menolak bid’ah dan khurafat. Siswa harus dididik dalam hal ilmu pengatahuan modern dan bahasa-bahasa agar bisa untuk mengatasi keterbelakangan masyarakat Islam. Dalam perkembangannya, organisasi ini berlandaskan atas apa yang disebut dengan Mabadi. Mabadi berasal dari kata Mabda dalam artian bahasa Indoneia mempunyai makna azas; sikap; prinsip; kaidah; landasan atau keyakinan. Adapun isi Mabadi Al-Irsyad sendiri awalnya terdiri atas
a.       Mengesakan Allah dengan sebersih-bersihnya peng-esa-an dari segala hal yang berbau syirik, mengikhlaskan ibadah kepada Allah dan meminta pertolongan kepada-Nya dalam segala hal.
b.      Mewujudkan kemerdekaan dan persamaan dikalangan kaum Muslimin berpedoman   kepada Al-Qur’an, As-Sunnah, perbuatan para imam yang sah serta perilaku ulama salaf dalam persoalan khilafiyah.
c.       Memberantas taqlid buta tanpa sandaran dan dalil naqli.
d.      Menyebarkan ilmu pengetahuan, kebudayaan Arab-Islam dan budi pekerti luhur    yang diridhoi allah.
e.       Berusaha mempersatukan kaum muslimin dan bangsa Arab sesuai dengan kehendak dan ridho allah.
Sekolah-sekolah Al-Irsyad pada masa sekarang mengalami penurunan kualitas organisasi, serta mutu sekolah Al-Irsyad. Penurunan mutu ini disebabkan:
a.       Sekolah Al-Irsyad pada masa kini tidak mengajarkan mabadi Al-Irsyad kepada murid-muridnya, yang diajarkan adalah pelajaran ke irsyadan. Pelajaran ini mengadopsi pelajaran kemuhammadiyahan dilingkungan organisasi Muhammadiyah.
b.      Murid yang tamat dari sekolah Al-Irsyad tidak diberi bekal mabadi, karena tidak cukup mempunyai kesiapan dalam menghadapi kehidupan sesudah keluar dari jenjang pendidikan Al-Irsyad. Dengan kata lain hanyalah merupakan usaha yang sia-sia belaka.
c.       Secara organisatoris Al-Irsyad terkena dampak akibat kurikulum pendidikan yang salah tersebut.
d.      Guru-guru sekolah Al-Irsyad juga tidak memahami dengan baik mabadi Al-Irsyad sehingga tidak mampu menerapkan materi tersebut kepada anak didiknya.
e.       Mabadi Al-Irsyad merupakan barang asing, hanya untuk sebatas pelajaran Al-Irshyad dan tidak menyentuh esensi perjuangan pembaharuan islam. Akibatnya tidak memberikan dampak yang berarti terhadap  murid-murid.
Selain menurunya mutu, sekolah-sekolah Al-Irsyad juga mengalami penurunan dalam jumlah kwantitas. mengenai penyebab penurunan kwantitas murid sekolah-sekolah Ar-Irsyad diantaranya adalah:
a)      Semakin banyaknya sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah.
b)   Penurunan mutu sekolah-sekolah Al-Irsyad sendiri disbanding sekolah-sekolah islam dan sekolah-sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah.[2]
4.      Pasang Surut Pendidikan Al-Irsyad
Perkembangan Al-Irsyad pada awalnya naik pesat, kemudian menurun drastis bersamaan dengan masuknya pasukan pendudukan Jepang ke Indonesia. Apalagi setelah Syekh Ahmad Surkati wafat pada 1943, dan revolusi fisik sejak 1945. Banyak sekolah Al-Irsyad hancur, diporak-porandakan Belanda karena menjadi markas laskar pejuang kemerdekaan. Sementara beberapa gedung milik Al-Irsyad yang dirampas Belanda, sekarang berpindah tangan, tanpa bisa diambil lagi oleh Al-Irsyad. Sampai 1985, Al-Irsyad tinggal memiliki 14 cabang, yang seluruhnya berada di Jawa. Namun berkat kegigihan para aktifisnya yang sudah menyebar ke seluruh pelosok Nusantara, Al-Irsyad berkembang kembali, sejak 1986. Puluhan cabang baru berdiri. Dan kini tercatat sekitar 130 cabang, dari Sumatera ke Papua.
Perhimpunan Al-Irsyad Al-Islamiyyah memiliki empat organ aktif yang menggarap segmen anggota masing-masing. Yaitu Wanita Al-Irsyad, Pemuda Al-Irsyad, Puteri Al-Irsyad, dan Pelajar Al-Irsyad. Peran masing-masing organisasi yang tengah menuju otonomisasi ini (sesuai amanat Muktamar 2000), cukup besar bagi bangsa. Pemuda Al-Irsyad misalnya, ikut aktif menumpas pemberontakan G-30-S PKI bersama komponen bangsa lainnya. Sedang Pelajar Al-Irsyad termasuk salah satu eksponen 1966 yang ikut aktif melahirkan KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda dan Pelajar Indonesia).  Di luar empat badan otonom tersebut, Al-Irsyad Al-Islamiyyah memiliki majelis-majelis, yaitu Majelis Pendidikan & Pengajaran, Majelis Dakwah, Majelis Sosial dan Ekonomi, Majelis Awqaf dan Yayasan, dan Majelis Hubungan Luar Negeri. Di luar itu ada pula Lembaga Istisyariyah, yang beranggotakan tokoh-tokoh senior Al-Irsyad dan kalangan ahli.
Tercatat banyak lulusan Al-Irsyad, baik dari kalangan keturunan Arab maupun non-Arab yang telah memainkan peran penting di berbagai bidang. Lulusan pribumi yang turut berperan penting dalam modernisme Islam di Indonesia antara lain:
a)      Yunus Anis: Alumnus Al-Irsyad yang dikenal sebagai seorang pemimpin yang menonjol dari Gerakan Muhammadiyah. Ia mendapat kehormatan dijuluki “tulang punggung Muhammadiyah” karena pengabdiannya sebagai sekretaris jenderal di organisasi tersebut selama 25 tahun.
b)      Prof. Dr. T.M. Hasby As-Shiddique: Putera asli Aceh, penulis terkenal dalam masalah hadist, tafsir, dan fikih Islam moderen. Guru besar di IAIN Yogyakarta ini bahkan pernah menjabat Rektor Universitas Al-Irsyad di Solo (sekarang sudah tutup)
c)      Prof. Kahar Muzakkir: Berasal dari Yogyakarta. Lulus dari Madrasah Al-Irsyad, Kahar Muzakkir melanjutkan studinya di Dar al-Ulum di Kairo. Ia sangat aktif berjuang untuk kemerdekaan Indonesia dan termasuk penandatangan Piagam Jakarta 22 Juni 1945. Kemudian ia menjadi Rektor Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta.
d)     Muhammad Rasjidi: Menteri Agama Republik Indonesia yang pertama, berasal dari Yogyakarta. Ia pernah menjadi professor di McGill University di Montreal, Kanada, dan juga mengajar di Universitas Indonesia, Jakarta. Semasa hidupnya menulis banyak buku.
e)      Prof. Farid Ma’ruf: Asli Yogyakarta, profesor di IAIN, yang juga salah satu tokoh besar Muhammadiyah di awal-awal berdirinya. Lulusan Madrasah Al-Irsyad ini sempat menjabat Direktur Jenderal Urusan Haji di Departemen Agama.
f)       Al-Ustadz Umar Hubeis: Jabatan pertamanya adalah sebagai Direktur Madrasah Al-Irsyad Surabaya. Di waktu yang bersamaan ia aktif di Masyumi (Majelis Syura Muslimin Indonesia). Umar Hubeis bahkan pernah menjadi anggota DPR mewakili Masyumi. Ia juga menjadi professor di Universitas Airlangga, Surabaya. Semasa ia hidupnya beliau juga menulis beberapa buku, terutama fikih. Yang terkenal adalah Kitab FATAWA.
g)      Said bin Abdullah bin Thalib al-Hamdani: Lulusan Al-Irsyad Pekalongan ini sangat menguasai fikih dan menjadi professor di Fakultas Syariah IAIN Yogyakarta. Ia juga menulis buku-buku fikih. Di kalangan cendekiawan dan intelektual Islam Indonesia, ia dijuluki Faqih Al-Irsyadiyin (cendekiawan terkemuka di bidang hokum Islam dari Al-Irsyad). Sayang kebanyakan bukunya yang umumnya ditulis dalam bahasa Arab, belum diterjemahkan.
h)      Abdurrahman Baswedan: Pendiri Partai Arab Indonesia (PAI) dan aktifis Masyumi ini pernah menjadi Wakil Menteri Penerangan RI.[3]
Tercatat banyak prestasi yang telah diraih oleh pendidikan Al-Irsyad, baik dari tingkat SD, SMP, SMA. Prestasi yang telah diraih oleh pendidikan Al Irsyad tahun 2007-2010 diantaranya:
a.       Jenjang I’dad Mualimin(MA Al Irsyad) & I’dad Lughawy

  No
Jenis Lomba
Juara
Tingkat
Tahun
Keterangan
1
Hifdzul Hadits
1
ASEAN
2010
MHQH
2
Hifdzul Hadits
1
Nasional
2010
MHQH
3
Pidato B. Arab
1
Kabupaten
2010
PORSENI
4
Pidato B. Arab
2
Propinsi
2010
POSPEDA
5
Tahfidz 20 Juz
2
Kabupaten
2010
MTQ
6
Tahfidz 20 Juz
2
Propinsi
2010
STQ
7
Tahfidz 30 Juz
2
Kabupaten
2010
MTQ
8
Tahfidz 5 Juz
1
Kabupaten
2010
MTQ
9
Tahfidz 5 Juz
2
Propinsi
2010
MTQ
10
Tartil Al-Qur'an
1
Kabupaten
2010
MTQ
11
Hifdzul Hadits
2
ASEAN
2009
Kedutaan Saudi
12
Hifdzul Hadits
1
Nasional
2009
Kedutaan Saudi
13
Hifdzul Qur'an 20 Juz
3
Propinsi
2009
DEPAG
14
Hifdzul Qur'an 5 Juz
1
Kabupaten
2009
MTQ
15
Tafsir 30 Juz Bahasa Arab
1
Propinsi
2009
STQ
16
Tafsir 30 Juz Bahasa Arab
1
Propinsi
2009
MTQ
17
Tartil Al-Qur'an
2
Kabupaten
2009
MTQ
18
Baca Puisi
1
Propinsi
2008
POSPEDA
19
Hifdzul Hadits
2
ASEAN
2008
Kedutaan Saudi
20
Hifdzul Hadits
2
Nasional
2008
Kedutaan Saudi
21
Hifdzul Qur'an
3
ASEAN
2008
Kedutaan Saudi
22
Hifdzul Qur'an
2
Kabupaten
2008
MTQ
23
Hifdzul Qur'an
1
Nasional
2008
Kedutaan Saudi
24
Qiroatul Kutub (kategori Akhlaq)
3
Nasional
2008
MQK
25
Qiroatul Kutub (kategori Akhlaq)
1
Propinsi
2008
MQK
26
Qiroatul Kutub (kategori Fiqih)
1
Nasional
2008
MQK
27
Qiroatul Kutub (kategori Fiqih)
1
Propinsi
2008
MQK
28
Qiroatul Kutub (kategori Hadits)
1
Nasional
2008
MQK
29
Qiroatul Kutub (kategori Hadits)
1
Propinsi
2008
MQK
30
Baca Puisi
2
Kabupaten
2007
POSPEDA
31
Baca Puisi
1
Kabupaten
2007
POSPEDA
32
Cipta Puisi
1
Kabupaten
2007
POSPEDA
33
Cipta Puisi
3
Propinsi
2007
POSPEDA
34
Hifdzul Hadits
1
Nasional
2007
Kedutaan Saudi
35
Hifdzul Qur'an
1
Nasional
2007
Kedutaan Saudi
36
Hifdzul Qur'an 10 Juz
1
Kabupaten
2007
MTQ
37
Hifdzul Qur'an 20 Juz
1
Kabupaten
2007
MTQ
38
Kaligrafi
2
Kabupaten
2007
POSPEDA
39
Pidato B. Arab
2
Kabupaten
2007
POSPEDA
40
Pidato B. Arab
1
Kabupaten
2007
PORSENI
41
Pidato B. Indonesia
2
Kabupaten
2007
POSPEDA
42
Pidato B. Inggris
1
Kabupaten
2007
POSPEDA
43
Pidato B. Inggris
1
Kabupaten
2007
PORSENI
44
Pidato B. Inggris
2
Propinsi
2007
POSPEDA
45
Pidato B. Inggris
Harapan
Propinsi
2007
PORSENI
46
Qiroatul Kutub
1
Propinsi
2007
MQK
47
Tenis Meja
Harapan
Kabupaten
2007
PORSENI

Jenjang Mutawasithah (MTs Al-Irsyad)

No
Jenis Lomba
Juara
Tingkat
Tahun
Keterangan
1
Tartil Al-Qur'an
2
Kabupaten
2009
MTQ
2
Pidato Bahasa Arab
2
Propinsi
2008
PORSENI
3
Qiroatul Kutub
Harapan 1
Propinsi
2008
-
4
Qiroatul Kutub
Harapan 2
Propinsi
2008
-
5
Qiroatul Kutub
Harapan 3
Propinsi
2008
-
6
Tahfidz 1 Juz & Tilawah
1
Kabupaten
2008
MTQ Pelajar
7
Tahfidz 1 Juz & Tilawah
1
Kabupaten
2008
STQ
8
Tahfidz 5 Juz & Tilawah
2
Kabupaten
2008
MTQ Pelajar
9
Tartil Al-Qur'an
2
Kabupaten
2008
MTQ
10
Tartil Al-Qur'an
3
Kabupaten
2008
MTQ

Jenjang Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur'an (SDITQ Al-Irsyad)

No
Jenis Lomba
Juara
Tingkat
Tahun
Keterangan
1
Hafalan Juz Amma (kategori TQA)
III
Kota Salatiga
2010
FASI IV
2
LCC
Harapan I
Kota Salatiga
2010
FASI
3
Pidato Bahasa Arab
I
Kota Salatiga
2010
FASI
4
Pidato Bahasa Inggris
I
Kota Salatiga
2010
FASI
5
Adzan
II
Kota Salatiga
2009
FASI
6
Komputer
II
Kecamatan
2009
DIKNAS
7
Kreatifitas dan Ketrampilan Komputer
II
Kecamatan
2009

8
Tahfizhul Qur’an Juz Amma (kategori TQA)
I
Kota Salatiga
2009
FASI
9
Komputer
IV
Kecamatan
2008
DIKNAS
10
Cerdas Cermat KKKMI
I
Kabupaten
2007

11
LCC MI
I
Kecamatan
2007

12
Mapel Agama
1
Kabupaten
2007
DEPAG
13
Mapel Agama
1
Kecamatan
2007
DEPAG
14
Alqur’an/Hadits
I
Kecamatan
2006

15
Bahasa Arab
II
Kabupaten
2006

16
Bahasa Arab
I
Kecamatan
2006

17
Bahasa Arab KKKMI
II
Kabupaten
2006

18
Bahasa Inggris
II
Kecamatan
2006

19
Mapel SKI
III
Kecamatan
2006

20
Pidato Bahasa Arab (Putra)
III
Kabupaten
2006
Porseni MI DEPAG
21
Pidato Bahasa Inggris (Putra)
I
Kabupaten
2006
PORSENI MI DEPAG
22
Bahasa Inggris MI
III
Kecamatan
2004



BAB III
KESIMPULAN
a.    Al-Irsyad sebagai pembaharu islam di indonesia.Al-Irsyad adalah organisasi islam nasional yang didirikan oleh Syeikh Ahmad Sorkati Al-Anshory, seorang ulama besar Mekkah yang berasal dari Sudan.
b. Peran Al-Irsyad dalam pendidkan di Indonesia sangat berpengaruh dan memberikan corak tersendiri dalam sistem pendidikan di negara kita, disaat banyak sekolah-sekolah yang lebih mementingkan kepentingan aspek intelektual dan mengesampingkan aspek moral, Al-Irsyad tampil sebagai pendidikan aspek moral, yang bertujuan untuk meningkatkan moral bangsa indonesia dan menjadikan penerus-penerus bangsa yang taat kepada agama-Nya. Selain itu Al-Irsyad juga turut meningkatkan mutu pendidikan, sepak terjang Al-Irsyad dalam dunia pendidikan tidak diragukan atas kontribusinya dalam mendidik rakyat negara kita indonesia. Pada masa kemasa Al-Irsyad pun mengalami perkembangan yang cukup pesat.
c.    Pasang surut Al-Irsyad awalnya berkembang dengan pesat, kemudian menurun drastis bersamaan dengan masuknya pasukan penduduk Jepang ke Indonesia, dan setelah kematian Syeikh Ahmad Sorkaty

      
DAFTAR PUSTAKA
Abu, Zaid. 2009. Prestasi dan Keunggulan Al-Irsyad. http://www.pesantrenalirsyad.org (04 April 2011 pukul 12.10)
History, upi. 2010. Islam dan Pendidikan Al-Irsyad. http://www.blogspot.com (16 Maret 2011 pukul 16.30) 
Husen Bajerei. 1996. Al-Irsyad Mengisi Sejarah Bangsa. Jakarta: Presto Prima Utama.

   

[1] Husen Bajerei, hal 6. 1996. Al-Irsyad Mengisi Sejarah Bangsa. Jakarta: Presto Prima Utama.
[2] www.alirsyad.org(2009).sejarah gerakan islam indonesia.  Diakses tanggal 17 Maret 20011
[3] www.alirsyad.org(2009).sejarah gerakan islam indonesia.  Diakses tanggal 17 Maret 20011
[4] www.mtsalirsyad.blogspot.com(2009) prestasi dan keunggulan Diakses tanggal 04 April 2011

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEORI MANAJEMEN DENGAN PENDEKATAN PERILAKU

PENGORGANISASIAN DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN