PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH YANG EFEKTIF DALAM KEBERHASILAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Upaya membangun mutu pendidikan terus dilakukan. Baik
oleh pemerintah maupun pihak sekolah sebagai penyelenggara pendidikan. Dalam
usaha memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat terhadap mutu pendidikan.
Sekaligus sebagai respon terhadap perubahan kehidupan yang sangat cepat di era
globalisasi. Dengan harapan mutu lulusan pendidikan dapat bersaing dalam
pemenuhan kebutuhan kerja, dan memberikan kesejahteraan bagi keluarga dan
masyarakatnya.
Salah satu kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam
upaya membangun mutu pendidikan adalah penerapan manajemen mutu terpadu di
sekolah. Suatu pendekatan yang di adopsi dari dunia industri. Dimana layanan
terhadap kepuasan pelanggan menjadi fokus utama dari pengelolaan perusahaan.
Dalam konteks pendidikan, sekolah dipandang sebagai organisasi yang memberikan
layanan jasa pendidikan kepada siswa dan masyarakat. Sehingga manajemen mutu
terpadu dapat dikatakan sebagai proses pengelolaan sekolah yang berfokus kepada
pemenuhan kebutuhan dan kepuasan siswa dan masyarakat.
Banyak faktor yang mendukung terhadap keberhasilan
penerapan manajemen mutu terpadu. Salah satu faktor adalah perilaku
kepemimpinan. Dalam sebuah organisasi, perilaku kepemimpinan memiliki peran
yang sangat penting dalam mencapai tujuan. Perilaku kepemimpinan merupakan
tindakan-tindakan spesifik seorang dalam mengarahkan dan mengkoordinasikan
kerja anggota kelompok (Mulyadi, 2010:
47). Misal seorang pemimpin organisasi yang selalu memberi motivasi
pada anggotanya akan membuat para anggotanya percaya diri dan berusaha maksimal
dalam mencapai tujuan organisasi.
Pada sistem organisasi sekolah, kepala sekolah
merupakan pemimpin bagi masyarakat sekolah lainnya. Guru, karyawan, dan siswa.
Sebagai pemimpin, maka perilaku kepala sekolah akan berpengaruh terhadap
perilaku masyarakat sekolah lainnya. Perilaku positif dari kepala sekolah akan
memacu guru dan karyawan memberikan perilaku yang positif dalam mencapai tujuan
pendidikan. Sebaliknya, perilaku kepala sekolah yang negatif merupakan awal
dari gagalnya penyelenggaran pendidikan di sekolah tersebut.
Keberhasilan penerapan menajemen mutu terpadu di
sekolah juga tak lepas dari peran serta kepala sekolah sebagai pemimpin. Dalam
makalah ini akan dipaparkan, bagaimana perilaku kepemimpinan kepala sekolah
yang efektif dalam menerapkan manajemen mutu terpadu.
2. Rumusan Masalah
a.
Bagaimana konsep dasar kepemimpinan?
b.
Bagaimana perilaku kepemimpinan?
c.
Bagaimana konsep manajemen mutu
terpadu?
d.
Bagaimana perilaku kepemimpinan
kepala sekolah yang efektif dalam keberhasilan menerapkan manajemen mutu
terpadu?
3. Tujuan
Penelitian
a.
Membahas konsep dasar kepemimpinan.
b.
Membahas perilaku kepemimpinan
c.
Membahas konsep manajemen mutu
terpadu.
d.
Memaparkan perilaku kepemimpinan kepala
sekolah yang efektif dalam keberhasilan menerapkan manajemen mutu terpadu.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar
Kepemimpinan
1.
Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan salah satu topik penting dalam
mempelajari dan mempraktikkan manajemen. Kepemimpinan berasal dari kata
"pimpin" yang berarti tuntun, bina atau bimbing. Pimpin dapat pula
berarti menunjukan jalan yang baik atau benar, tetapi dapat pula berarti
mengepalai pekerjaan atau kegiatan. Dengan demikian, kepemimpinan adalah hal
yang berhubungan dengan proses menggerakkan, memberikan tuntutan, binaan dan
bimbingan, menunjukkan jalan, memberi keteladanan, mengambil resiko,
mempengaruhi dan meyakinkan pihak lain.
Kepemimpinan dapat pula didefinisikan
sebagai seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan,
kepercayaan, kohormatan, dan kerja sama yang bersemangat dalam mencapai
tujuan bersama (Rivai, 2003: 3).
Sebagai besar definisi mengenai kepemimpinan
mencerminkan asumsi bahwa kepemimpinan menyangkut sebuah proses pengaruh sosial
yang sengaja dijalankan seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur
aktivitas-aktivitas serta hubungan-hubungan di dalam sebuah kelompok atau
organisasi (Usman, 2011: 280).
2.
Komponen Kepemimpinan
Budianto (2011) mengidentifikasi komponen dalam
kepemimpinan, yaitu: (1) Adanya pemimpin dan orang lain yang di pimpin, (2)
Adanya upaya atau proses mempengaruhi dari pemimpin kepada orang lain melalui
berbagai kekuatan, (3) Adanya tujuan akhir yang ingin di capai bersama dengan
adanya kepemimpinan itu, (4) Kepemimpinan bisa timbul dalam suatu organisasi
atau tanpa adanya organisasi tertentu, (5) Pemimpin dapat di angkat secara
formal atau di pilih oleh pengikutnya, (6) Kepemimpinan berada dalam situasi
tertentu baik situasi pengikut maupun lingkungan eksternal.
Sedangkan Hoy dan Miskel memberi batasan empat
komponen kepemimpinan, yaitu melibatkan orang lain, mendistribusikan kekuasaan,
kemampuan menggunakan berbagai bentuk kekuasaan untuk mempengaruhi organisasi
lain atau pengikut, dan nilai yaitu menyakup semua sistem yang dapat
menciptakan prilaku yang dipimpin (Mulyadi, 2010: 9).
3.
Tipe-tipe Kepemimpinan
G. R. Terry menjelaskan tipe-tipe kepemimpinan sebagai
berikut.
1. Tipe
kepemimpinan pribadi (personal leadership)
Dalam sistem
kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan
kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan
secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.
2. Tipe
kepemimpinan non pribadi (non personal leadership)
Segala
sesuatu kebijaksanaan dilaksanaan melalui bawahan-bawahan atau non pribadi baik
rencana atau perintah juga pengawasan.
3. Tipe
kepemimpinan otoriter (authoritarian leadership)
Pemimpin
otoriter biasanya bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti, dan tertib. Ia
bekerja menurut peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan
instruksi-instruksi harus ditaati.
4. Tipe
kepemimpinan demokratis (democratic leadership)
Kepemimpinan
demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama
dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab atas terlaksananya tujuan
bersama.
5. Tipe
kepemimpinan paternalistik (paternalistic leadership)
Kepemimpinan
ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin
dan kelompok. Tujuannya untuk melindungi dan memberikan arah seperti halnya
bapak kepada anaknya.
6.
Tipe kepemimpinan menurut bakat (indigenous leadership)
Kepemimpinan
tipe ini timbul dari kelompok orang-orang informal, dimana mereka berlatih
dengan adanya sitem kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari
kelompok yang bersangkutan.
4.
Kepemimpinan Efektif
Penelitian tentang kepemimpinan efektif dan tidak
efektif mengemukakan bahwa pemimpin yang efektif tidak berdasarkan pada sifat
manusia tertentu, tetapi pada seberapa jauh sifat seorang pemimpin dapat
mengatasi keadaan yang dihadapinya. Sifat-sifat yang dimiliki pemimpin efektif
antara lain, ketakwaan, kejujuran, kecerdasan, keikhlasan, kesederhanaan,
keluasan pandangan, komitmen, keahlian, keterbukaan, keluasan hubungan sosial,
kedewasaan, dan keadilan (Usman, 2011: 289).
Munning & Curtis dalam Usman (2011: 290) mengukur
kepemimpinan efektif dengan indikator:
1. Berdasarkan
fakta
2. Menciptakan
visi
3. Memotivasi
4. Memberdayakan
staf
B. Perilaku
Kepemimpinan
1.
Pengertian Perilaku
Notoatmodjo (2003) mendefinisikan perilaku sebagai
tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang
sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah,
menulis, membaca, dan sebagainya.
Pendapat Skinner, seperti yang dikutip oleh
Notoatmodjo (2003), perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui
proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut
merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus –
Organisme – Respon.
Dapat dikatakan selanjutnya bahwa perilaku adalah
keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir, bersikap, dan lain sebagainya yang
merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik maupun non fisik.
2.
Perilaku Kepemimpinan
Perilaku kepemimpinan merupakan pola perilaku yang
digunakan seseorang pada saat mencoba mempengaruhi perilaku orang lain untuk
bekerjasama mencapai tujuan tertentu. Pendapat Hasibuan Malayu (dalam Mulyadi,
2010: 47) tentang perilaku kepemimpinan dalam melaksanakan tugas-tugas
kepemimpinan meliputi aktivitas sebagai berikut:
a.
Mengambil keputusan
b.
Mengembangkan imajinasi
c.
Mengembangkan kesetiaan pengikutnya
d.
Pemrakarsa, penggiatan, dan
pengendaian rencana
e.
Memanfaatkan sumber daya manusia dan
sumber-sumber lainnya
f.
Melaksanakan kontrol dan
perbaikan-perbaikan atas kesalahan
g.
Memberikan tanda penghargaan
h.
Mendelegasikan wewenang kepada
bawahannya
i.
Pelaksanaan keputusan dengan
memberikan dorongan.
Sementara Gary Yulk mengidentifikasi empat belas
perilaku kepemimpinan yang dikenal dengan taksonomi manajerial sebagai berikut
:
a)
Merencanakan dan mengorganisasi (planning
and organizing)
b)
Pemecahan masalah (problem
solving)
c)
Menjelaskan peran dan sasaran (clarifying
roles and objectifies)
d)
Memberi informasi (informing)
e)
Memantau (monitoring)
f)
Memotivasi dan memberi inpirasi
(motivating and inspiring)
g)
Berkonsultasi (consulting)
h)
Mendelegasikan (delegating)
i)
Memberikan dukungan (supporting)
j)
Mengembangkan dan membimbing
(developing and mentoring)
k)
Mengelola konflik dan tim (managing
and team building)
l)
Membangun jaringan kerja
(networking)
m) Pengakuan
(recognizing)
n)
Memberi imbalan (rewarding) (Mulyadi, 2010: 49-50).
Perilaku kepemimpinan yang dijabarkan penting dalam
pelaksanaan manajemen organisasi untuk mengarahkan anggotanya dalam mencapai
tujuan dan mutu organisasi.
3.
Konsep
Manajemen Mutu Sekolah
Sekolah merupakan suatu sistem organisasi yang terdiri
dari komponen kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, kurikulum, sarana pra
sarana, dan lingkungan. Sebagai suatu organisasi, maka sekolah memiliki tujuan
yang ingin dicapai dengan melibatkan segala sumber daya, serta berbagai
aktivitas yang dikoordinir oleh kepala sekolah sebagai pemimpin. Kegiatan untuk
menggerakkan semua komponen secara teratur untuk mencapai tujuan sering disebut
sebagai manajemen.
Secara umum manajemen dapat diartikan sebagai upaya sekelompok
orang yang bertugas mengarahkan aktivitas orang lain kearah tujuan yang akan
dicapai. Dalam konteks sekolah, manajemen adalah upaya yang dilakukan pimpinan
sekolah untuk mengarahkan aktivitas semua komponen yang ada ke arah tujuan yang
telah ditetapkan.
Manajemen mutu terpadu yang diterjemahkan dari Total
Quality Management (TQM) dipopulerkan oleh Peter dan Waterman pada tahun
1982 (Usman, 2011: 567). Peter dan Waterman menjelaskan manajemen mutu terpadu
sebagai budaya organisasi yang ditentukan dan didukung oleh pencapaian kepuasan
pelanggan secara terus menerus melalui sistem terintegrasi yang terdiri dari
bermacam alat, teknik, dan pelatihan-pelatihan. Tindakan perbaikan terus
menerus dalam proses organisasi diharapkan akan menghasilkan produk dan
pelayanan yang bermutu tinggi.
Manajemen Mutu Terpadu atau disebut pula Pengelolaan
Mutu Total (PMT) adalah suatu pendekatan mutu pendidikan melalui peningkatan
mutu komponen terkait. M. Jusuf Hanafiah, dkk (1994, dalam Yunus, 2003)
mendefinisikan Pengelolaan Mutu Total (PMT) Pendidikan tinggi (bisa pula
sekolah) adalah cara mengelola lembaga pendidikan berdasarkan filosofi bahwa
meningkatkan mutu harus diadakan dan dilakukan oleh semua unsur lembaga sejak
dini secara terpadu berkesinambungan sehingga pendidikan sebagai jasa yang
berupa proses pembudayaan sesuai dengan dan bahkan melebihi kebutuhan para
pelanggan baik masa kini maupun yang akan datang.
Berbeda pemikiran, Edward Sallis (2006) menyatakan
manajemen mutu terpadu sebagai sebuah filosofi tentang perbaikan secara terus
menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi
pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para pelanggannya,
saat ini dan untuk masa yang akan datang. Sedangkan Fandy Tjiptono & Anastasia
Diana (1995) menjelaskan manajemen mutu terpadu sebagai suatu pendekatan dalam
usaha memaksimalkan daya saing melalui perbaikan terus menerus atas jasa,
manusia, produk, dan lingkungan.
Pendapat para ahli walaupun dilihat sekilas berbeda
tetapi memiliki satu kesamaan, yang bermuara pada satu definisi kesimpulan.
Manajemen mutu terpadu adalah cara mengelola lembaga pendidikan dengan
perbaikan yang dilakukan terus menerus atas jasa, manusia, produk, dan
lingkungan dalam rangka memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para
pelanggannya, saat ini dan untuk masa yang akan datang.
4.
Perilaku
Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif dalam Keberhasilan Menerapkan
Manajemen Mutu Terpadu
Kepemimpinan dalam penerapan manajemen mutu terpadu
memerlukan dua keterampilan yaitu keterampilan memimpin dan keterampilan
mengelola (kepemimpinan dan manajerial). Perilaku kepemimpinan dalam
melaksanakan keterampilan ini memegang peranan yang sangat penting untuk
penerapan manajemen mutu terpadu. Perilaku kepemimpinan yang positif dan
mendukung terhadap penerapan manajemen mutu terpadu dalam organisasinya akan
lebih mencapai keberhasilan dibandingkan perilaku kepemimpinan yang hanya
memerintahkan bawahan dalam menerapkan perilaku manajemen mutu terpadu.
Hasil penelitian Douglas & Hakim (2001), menemukan
bahwa sebagian besar pemimpin yang hanya memberikan pelayanan untuk peningkatan
kualitas tanpa ada perilaku yang mendukung, mengurangi keberhasilan pelaksanaan
hasil manajemen mutu terpasu. Sommer dan Merritt (1994) dan Rad (2005) juga
berpendapat tentang perlunya pemimpin memberikan perhatian terhadap strategi
manajemen mutu terpadu karena secara signifikan perilaku hubungan kepemimpinan
dengan perilaku karyawan memiliki pengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan
manajemen mutu terpadu. Perbedaan perilaku kepemimpinan dan bawahan dalam
merumuskan dan melaksanakan kebijakan manajememen mutu terpadu juga akan
terlihat lebih nyata pada pelaksanaan manajemen mutu terpadu dan kinerja
organisasi dalam sektor jasa seperti sekolah (Al-Swidi, 2011).
Budianto (2011) menjelaskan untuk mencapai
keberhasilan manajemen mutu terpadu, perilaku kepemimpinan dalam dunia
pendidikan (kepala sekolah) harus mencerminkan: (1) fokus pada pelanggan, (2)
fokus pada pencegahan masalah, (3) investasi sumber daya, (4) memiliki strategi
mutu, (5) menyikapi komplain sebagai peluang untuk belajar, (6) mendefinisikan
mutu pada seluru area organisasi, (7) memiliki kebijakan dan rencana mutu, (8)
manajemen senior memimpin mutu, (9) proses perbaikan mutu melibatkan setiap
orang, (10) memiliki fasilitator mutu yang mendorong kemajuan mutu, (11)
karyawan dianggap memiliki peluang untuk menciptakan mutu, (12) kreativitas
adalah hal yang penting, (13) memiliki aturan dan tanggung jawab yang jelas,
(14) memiliki strategi evalusi yang jelas, (15) melihat mutu sebagai sebuah
cara untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, (16) rencana jangka panjang, (17)
mutu dipandang sebagai bagian dari budaya, (18) meningkatkan mutu berada dalam
garis strategi imperatif-nya sendiri, (19) memiliki misi khusus, (20)
memperlakukan kolega sebagai pelanggan.
Sementara itu, Tiong (dalam Usman, 2011: 290)
menemukan dalam penelitiannya tentang karakteristik perilaku kepala sekolah
yang efektif antara lain sebagai berikut.
a.
Kepala sekolah yang adil dan tegas
dalam mengambil keputusan
b.
Kepala
sekolah yang membagi tugas secara adil kepada guru
c.
Kepala sekolah yang menghargai
partisipasi staf
d.
Kepala sekolah yang memahami
perasaan guru
e.
Kepala
sekolah yang memiliki visi dan berupaya melakukan perubahan
f.
Kepala sekolah yang terampil dan
tertib
g.
Kepala sekolah yang berkemampuan dan
efisien
h.
Kepala sekolah yang memiliki
dedikasi dan rajin
i.
Kepala
sekolah yang tulus
j.
Kepala sekolah yang percaya diri
Sedangkan perilaku kepemimpinan yang tidak
efektif antara lain mencerminkan semangat yang rendah, berpandangan sempit,
diktator dan tidak memiliki rasa keterlibatan dalam organisasi.
Jika dikaitkan dengan karakteristik manajemen mutu
terpadu, maka perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dalam mencapai
keberhasilan penerapan manajemen mutu terpadu berhubungan dengan prinsip utama
manajemen mutu terpadu. Dengan kata lain perilaku kepala sekolah harus
menyesuaikan dengan empat prinsip manajemen mutu terpadu. Penjelasan
masing-masing prinsip dan perilaku kepemimpinan kepala sekolah dijelaskan di
bawah ini.
a)
Kepuasan pelanggan
Seperti
penjelasan sebelumnya, sekolah memiliki pelanggan internal dan eksternal.
Terhadap pelanggan internal, siswa guru dan staf usaha perilaku kepala sekolah
yang efektif antara lain adil dan tegas dalam mengambil keputusan, memiliki
dedikasi dan rajin, memiliki keterampilan dalam pencegahan masalah, memiliki
strategi mutu dan memiliki strategi evalusi yang jelas. Sedangkan terhadap
pelanggan eksternal perilaku efektif kepala sekolah dapat tercermin melalui
transparansi, pemberi informasi, melihat mutu sebagai sebuah cara untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan, dan menyikapi komplain sebagai peluang untuk
belajar.
b)
Respek terhadap setiap orang
Prinsip ini
melihat setiap orang dalam sekolah sebagai aset dan memiliki potensi. Sehingga
perilaku kepemimpinan yang efektif dalam mencerminkan prinsip ini adalah
fasilitator, menghargai partisipasi staf, memahami perasaan guru, memberikan
dukungan, melibatkan guru dan staf dalam pengambilan keputusan, mengembangkan
dan membimbing potensi, memotivasi dan memberi inpirasi, mendelegasikan tugas,
dan semua masyarakat sekolah dianggap memiliki peluang untuk menciptakan mutu.
c)
Manajemen
berdasarkan fakta
Pada prinsip
ini, perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang efektif tertib administrasi
sehingga selalu mengambil keputusan dengan berdasarkan data organisasi yang
jelas, bukan suatu gambaran atau perkiraan. Kepala sekolah juga merencanakan,
mengorganisasi dan melakukan prioritas menggunakan data dan kondisi sumber daya
dalam organisasi.
d)
Perbaikan terus menerus
Dalam
mencapai manajemen mutu, maka perubahan adalah hal yang mutlak dilakukan suatu
organisasi seiring dengan perubahan perilaku pelanggan. Maka perilaku
kepemimpinan kepala sekolah yang efektif mencerminkan pemantauan, visioner,
transformasional, rencana jangka panjang, membangun jaringan kerja dengan
pelanggan eksternal, inovatif, dan kreatif.
5.
Fungsi Manajemen Pendidikan
1.
Perencaaan
Perencanaan
merupakan proses yang akan pernah berakhir, bila suatu rencana telah
ditetapkan, rencana harus diimplementasikan, selama imlementasi perlu ada
pengendalian, jika perlu ada penyesuaian-penyesuaian.
Seperti
halnya manajemen tidak ada definisi yang berlaku secara universal dan digunakan
secara konsisten, perencanaan juga didefinisikan bermacam-macam dengan cara dan
pendekatan yang berbeda-beda. Rencana yang dibuat berguna untuk:
a.
Mengurangi ketidakpastian dan
perubahan pada waktu mendatang.
b.
Mengarahkan perhatian pada tujuan
c.
Penghematan biaya
d.
Merupakan sarana pengendalian.
(Muhroji, 2004: 5)
2.
Pengorganisasian
Pengorgaisasian
merupakan usaha untuk menyusun komponen utama organisasi sedemikian rupa
sehingga dapat digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan organisasi secara
efektif dan efisisen. Dalam pengorganisasian diharapkan terjadi
hubungan-hubungan diantara masing-masing komponen organisasi. Dengan demikian
fungsi pengorganisasian dapat dikatakan sebagao proses menciptakan hubungan
antara berbagai fungsi, personalia, dan faktor-faktor fisik lainnya agar semua
pekerjaan dapat dilakukan secara sfektif dan efisien.
3.
Pengarahan
Pengarahan
pada dasarnya akan berkaitan dengan motivasi, komunikasi, dinamika kelompok dan
kepemimpinan. Pertama, motivasi merupakan sesuatu yang mendorong seseorang
bertindak atau berperilaku tertentu. Kedua, komunikasi merupakan proses
penyampaian pesan dari seseorang atau sekelompok orang kepada orang lainsesuai
dengan pesan maksud pengirim pesan. Ketiga, dinamika kelompok. Kelompok didalam
organisasi terjadi karena dibentuk oleh organisasi dan juga terbentuk karena
kepentingan karyawan dan persahabatan.
4.
Pengendalian
Manajemen
yang baik memerlukan pengendalian yang efektif. Pengendalian diperlukan untuk
memastikan bahwa aktifitas atau kegiatan berjalan sesuai dengan yang
direncanakan. Perencanaan dan pengendalian merupakan fungsi yang berpasangan, artinya
pengendalian yang baik memerlukan perencanaan, sementara perencanaan yang baik
memerlukan pengendalian.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Manajemen mutu terpadu adalah cara mengelola lembaga
pendidikan dengan perbaikan yang dilakukan terus menerus atas jasa, manusia,
produk, dan lingkungan dalam rangka memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan
para pelanggannya, saat ini dan untuk masa yang akan datang.
Keberhasilan pelaksananaan manajemen mutu terpadu,
salah satunya adalah faktor perilaku kepemimpinan. Perilaku kepemimpinan
memiliki korelasi yang signifikan terhadap perilaku anggotanya dalam
melaksanakan manajemen mutu terpadu. Dalam bidang pendidikan, maka perilaku
kepala sekolah berpengaruh kepada guru dan staf dalam melaksanakan manajemen
mutu terpadu. Maka perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dalam
mendukung keberhasilan penerapan manajemen terpadu di sekolah adalah perilaku
yang berdasar pada prinsip utama manajemen mutu terpadu, yaitu kepuasan
pelanggan, respek terhadap semua orang, manajemen berdasarkan fakta, dan
perbaikan terus menerus.
Saran:
Penerapan manajemen terpadu di sekolah sebelumnya
harus meminta komitmen dari kepala sekolah sebab komitmen kepala sekolah akan
menentukan perilaku dan tindakan kepala sekolah dalam pelaksanaan manajemen
terpadu di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Swidi,
A.K. (2011). Enhancing a Bank‟s competitive advantage through integration of
TQM practices, Entrepreneurial orientation and organizational culture,
European Journal of Social Sciences, 20(2)
Asmani,
Jamal Ma’mur. (2009). Managemen Pengelolaan dan Kepemimpinan Pendidikan
Profesional Panduan Quality Kontrol Bagi Para Pelaku Lembaga Pendidikan.
Yogyakarta : Diva Pres.
Budianto, Nanang.( 2011). Kepemimpinan Pendidikan dalam Total Quality
Management, Jurnal Falasifa. Vol. 2 No. 1
Edward
Sallis. Alih Bahasa Ali riyadi, Ahmad & Fahrurozi. (2006). Total Quality
Management in Education: Manajemen Mutu Pendidikan. Yogyakarta:
Irchisod.
Fariadi, Ruslan.
(2010). Total Quality Management (TQM) dan Implementasinya Dalam Dunia
Pendidikan. (online, http://aa-den.blogspot.com/2010/07/total-quality-management-tqm-dan.html, diakses
tanggal 04 Januari 2012).
Muhroji.
(2004).Manajemen Pendidikan. Surakarta:Muhammadiyan University Perss.
Mulyadi. (2010). Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan
Budya Mutu. Malang : UIN Maliki Press.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003).
Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Rivai,Veithzal.
(2003). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta : Raja
Usman,
Husaini. (2011). Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara
Yunus,
Falah. (2003). Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan. (online,
http://www.geocities.ws/guruvalah/Manaj_Pening_Mutu_Pend.html, diakses tanggal
04 Januari 2012).
Komentar
Posting Komentar